PENGERTIAN
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang
mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting untuk
kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus menyesuaikan diri dengan
ruangan yang tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang besar dari janin
harus menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar
janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan. .(Sarwono prawiroharjo2009).
1.2. DIAMETER JANIN
1. Diameter biparietal, yang merupakan
diameter melintang terbesar dari kepala janin, dipakai di dalam definisi
penguncian (enggagment).
2. Diameter suboksipitobregmantika
ialah jarak antara batas leher dengan oksiput ke anterior fontanel; ini adalah
diameter yang berpengaruh membentuk presentasi kepala.
3. Diameter oksipitomental, yang
merupakan diameter terbesar dari kepala janin; ini adalah diameter yang
berpengaruh membentuk presentasi dahi.
1.3. PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN
1.
KALA I
PERSALINAN :
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his :
kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin
terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak
daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap
(pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput
ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I. (Depkes RI, 1999)
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
a) Fase laten : pembukaan sampai
mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
b) Fase aktif : pembukaan dari 3 cm
sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.
Fase aktif terbagi atas :
a) Fase akselerasi (sekitar 2 jam),
pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal (sekitar 2
jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
c) Fase deselerasi (sekitar 2 jam),
pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical
effacement) pada primigravida dan multipara :
a) Pada primigravida terjadi penipisan
serviks lebih terlebih dahulu sebelum terjadi pembukaan, sedangkan pada
multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung
terjadi proses penipisan dan pembukaan.
b) Pada primigravida, ostium internum
membuka terlebih dahulu daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak
berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada multipara, ostium
internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk
seperti garis lebar)
c) Periode Kala 1 pada primigravida
lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam) karena pematangan dan
pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih
lama.
a. Sifat His pada Kala 1 :
a)
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30
detik. Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
b) Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai
kala 1 akhir
c) Terjadi peningkatan rasa nyeri,
amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90
detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
Peristiwa penting Kala 1 :
a) Keluar lendir / darah (bloody show)
akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di
kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat
pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
b) Ostium uteri internum dan eksternum
terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
c) Selaput ketuban pecah spontan
(beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran
cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
2. KALA II
PERSALINAN
a) Dimulai pada saat pembukaan serviks
telah lengkap dan berakhir pada
b) saat bayi telah lahir lengkap.
c) Pada Kala 2 ini His menjadi lebih
kuat, lebih sering, dan lebih lama. Selaput ketuban mungkin juga sudah pecah/
baru pecah spontan pada awal Kala 2 ini. Rata-rata waktu untuk keseluruhan
proses Kala 2 pada primigravida ± 1,5 jam, dan multipara ± 0,5 jam.
Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit.
Refleks mengejan terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah
janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum.
Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen
dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.(Rustam mochtar,1998)
Peristiwa penting pada Kala 2 :
a)
Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala)
turun sampai dasar panggul.
b)
Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin
kuat.
c)
Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
d)
Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah
simfisis (simfisis pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya
dilahirkan badan dan anggota badan.
e)
Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk
memperbesar jalan lahir (episiotomi).
Proses pengeluaran janin pada kala 2 (persalinan letak belakang
kepala) :
a)
Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat
tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk
sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
b)
Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan
langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari
cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4)
badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
c)
Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks,
posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi
diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
d) Rotasi interna (putaran paksi dalam)
: selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke
bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan
diameter biparietalis.
e)
Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi
setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir
berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
f)
Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar
kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan
posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan
dan bahu belakang.
a)
Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan
dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan,
pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
3. KALA III PERSALINAN
a)
Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir
dengan lahirnya plasenta.
b)
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada
dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
c)
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral
(Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan)
jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan
marginal.
d)
Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di
dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas
dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras,
fundus setinggi sekitar / di atas pusat.
Sifat His :
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang,
aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus
ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif
(manual aid).(prawiroharjo,2001).
4.
KALA IV PERSALINAN
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai
dengan 1 jam setelahnya.
Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala 4
persalinan :
a)
Kontraksi uterus harus baik
b)
Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
c)
Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
d)
Kandung kencing harus kosong
e)
Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
2.4 TAHAPAN DALAM PERSALINAN
1. Turunnya kepala
Turunnya kepala dibagi dalam :
a. Masuknya kepala dalam pintu atas
panggul
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada
primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara
biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu
atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang
ringan. Apabila sutura sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat
diantara symphysis dan promotorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan
synclitismus.
Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama
tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke
belakang mendekati promotorium, maka dikatakan asynclitismus. Dikatakan asynclitismus
posterior, ialah kalau sutura sagitalis mendekati symphysis dan os parietale
belakang lebih rendah dari os parietale depan, dan dikatakan asynclitismus
anterior ialah kalau sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os
parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang.
Pada pintu atas
panggul biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang ringanPada derajat
sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi bila berat
gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sevalopelvis dengan panggul yang
berukuran normal sekalipun
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala satu dan k ala dua
persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen
atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung pada fundus pada bokong janin.
Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim,sehingga
terjadi penipisan dan dilatasi serviks. Keaadaan ini menyebabkan bayi terdorong
kejalan lahir. .( sarwono
prawiroharjo,1983 ).
2.
Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala
masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada
multipara sebaliknya majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul
terjadi bersamaan. Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang
lain yaitu : fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi.( Hanifa Wiknjosastro,1995).
Penyebab majunya kepala antara lain :
a) tekanan cairan intrauterine
b) tekanan langsung oleh fundus pada
bokong
c) kekuatan mengejan
d)
melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk Rahim
2. Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga
ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari
bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan
lahir: diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter
suboksipito frontalis (11 cm).
Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan
sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding
panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi
karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan
defleksi.
3. Desensus
Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan
tidak berlanjut sampai awal kala II; pada multipara desensus berlangsung
bersamaan dengan dilatasi servik.
Penyebab terjadinya desensus :
a. Tekanan cairan amnion
b. Tekanan langsung oleh fundus uteri
pada bokong
c. Usaha meneran ibu
d. Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh
janin menjadi lurus)
Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :
a.
Ukuran dan bentuk panggul
b.
Posisi bagian terendah janin
c.
Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan
panggul akan menyebabkan desensus berlangsung lambat.
d.
Desensus berlangsung terus sampai janin lahir.
e.
Putar paksi dalam- internal rotation
f.
Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin
mengalami putar paksi dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah
panggul).
g.
Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi
anterior (kadang-kadang kearah posterior).
h.
Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar
panggul.
4. Putaran
paksi dalam
Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah
pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari
bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis. Pada presentasi belakang
kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang
akan memutar ke depan dan ke bawah symphysis.( Sudaraji sumpraja,1976 ).
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala
karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah
panggul. Putaran paksi dalam bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi
sebelum kepala sampai Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di
dasar panggul.
Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam adalah
:
a. pada letak fleksi, bagian belakang
kepala merupakan bagian terendah dari
kepala
b. bagian
terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah
depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m. levator ani kiri dan
kanan.
c. ukuran terbesar dari bidang tengah
panggul ialah diameter anteroposterior.
5. Ekstensi
Putaran
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan
karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas,
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya
ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Setelah suboksiput tertahan pada
pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang
berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas
perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan
ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomochlion.(Seto martoboesodo 2000).
6. Paksi
Luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali
ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan =
putaran paksi luar).
Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala
berhadapan dengan tuber isciadicum sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah
putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter
biacromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah
panggul.(Budiono wibowo 2001).
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah
symphysis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu
depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi
jalan lahir
Dengan konrtaksi yang efektif pleksi kepala yang adekuat
dan janin dengan ukuran yang rata rata, sebagian besar oksiput yang posisinya
posterior
berputar cepat segera setelah menvapai dasar panggul
sehingga pesalinan tidak begitu bertambah pajang. Akan tetapi, pada kira-kira
5-10% kasus, keadaan yang menguntukan ini tidak terjadi. Sebagai contoh
kontraksi yang buruk atau fleksi kepala
yang salah atau keduanya,rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak
terjadi sama sekali,khussnya kalau janin besar.(Arjatmo Tjokronegoro,1997).