Rabu, 02 Agustus 2017

PERKEMBANGAN SEJARAH PROFESI,PELAYANAN DAN PENDIDIKAN BIDAN SECARA NASIONAL DAN INTERNASIONAL



PERKEMBANGAN SEJARAH PROFESI,PELAYANAN DAN PENDIDIKAN BIDAN
SECARA NASIONAL DAN INTERNASIONAL

A.Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Luar Negeri
1.    Lahirnya Sejarah Kebidanan
Sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan, termasuk sejarah perkembangan kesehatan dan kedokteran tua. Yakni sejak adanya wanita itu melahirkan, dan kemudian secara adaptasi dan naluri budaya, ada wanita lain yang berbakti luhur untuk menolong persalinan dengan kecepatan dan pengetahuan yang dipunyainya. Itulah sebabnya makanya istilah “bidan” yang dalam basaha inggris disebut midewife yang diartikan “with women”, termasuk perannya membantu kelahiran, dalam arti kelahiran normal, dan bukan suatu tindakan intervensi seperti halnya dokter ahli kebidanan yang praktek.
Pelopor-pelopor dalam perkembangan kebidanan:
1)      HIPOKRATES DARI YUNANI TAHUN 460-370 SM
Disebut bapak pengobatan
·         Menaruh perhatian terhadap kebidanan/keperawatan dan pengobatan.
·         Wanita dan bersalin dan nifas mendapatkan pertolongan dan pelayanan selayaknya.
2)      SORONUS TAHUN 98-138 SM BERASAL DARI EFESUS/TURKI
Disebut bapak kebidanan:
·         Berpendapat bahwa seorang ibu yang telah melahirkan tidak takut akan hantu atau setan dan menjauhkan ketahayulan
Ø  PERKEMBANGAN DI INGGRIS
1)      WILLIAM SMILIE (1697-1763)
Adalah seorang dokter yang memperdalam ilmunya di Prancis, kemudian kembali kesehatan Inggris (meroboh praktek, menulis buku, mengenai pemasangan cunan, dan ukuran panggul sempit dan normal)
2)      WILLIAM HUNTER (1716-1788)
Murid William smilie melanjutkan usaha William Smilie.
Ø  PERKEMBANGAN DI AMERIKA SERIKAT
Dahulu persalinan di tolong dukun yang tidak berpendidikan apabila wanita sukar melahirkan ia diusir serta ditakuti agar rasa sakit bertambah karena kesedihan. Yang pertama sekali melakukan praktek kebidanan yaitu:
SAMUEL PULLER DAN ISTRINYA (1634) banyak menolong persalinan dan menghilangkan kepercayaan lama. Orang amerika mendengar tentang pekerjaan William Smilie dan Hunter dan pergi ke Inggris untuk memperdalam ilmunya.
1.      Amerika
Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman tanpa pendidikan yang spesifik, standar-standar atau peraturan sampai pada awal abad ke-20. Kebidanan, sementara itu dianggap menjadi tidak diketahui dalam sebagian besar yuridiksi (hukum-hukum) dengan istilah “nenek tua” kebidanan akhirnya padam profesi bidan hampir mati.
Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad ke 18. Banyak kalangan medis berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar dan menerapkan metode obstetrik. Pendapat ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai pendukung, uang tidakterorganisasi dan tidak dianggap profesional. Bidan hanya menangani persalinan wanita yang tidak mampu membayar dokter.
Tahun 1955 Amerika College of Nurse-Midwives dibuka. Pada tahun 1971, bidan mulai menolong persalinan secara mandiri di institusi kesehatan. Pada tahun 1979 badan pengawasan obat Amerika mengatakan bahwa ibu bersalin yang menerima anasthesi dalam dosis tinggi telah melahirkan anak-anak ynag mengalami kemunduran psikomotor, pernyataan ini membuat masyarakat tertarik pada proses persalinan alamiah, persalinan dirumah dan memacu peran bidan.
2.      Australia
Cara-cara persalinan di Australia:
·         Wanita yang akan bersalin disuruh duduk ditengah lapangan atau keliling, dan datanglah seorang pemuda yang gagah mengendarai kuda yang diarahkan ke ibu yang  bersalin, karena ketakutan dan terkejut ibu lari-lari, akibat ddari lari-lari anak akan cepat lahir.
·         Wanita yang akan bersalin ditidurkan didahan pohon, dan diletakkan tali di fundus uteri kemudian ditarik.
·         Disuruh berdiri memegang bahu dukun yang akan menolongnya, kemudian tangan dukun memegang dan memeras pinggang ibu, kepala dukun menekan perut ibu dengan perasaan dipinggang dan tekanan pada perut lama-lama akan lahir.
·         Ibu inpartu diasingkan kehutan yang ditemani dukun, karena dianggap wanita tersebut kotor, kemudian dukun membuat dua lubang, disuruh jongkok pada lubang.
3.      Jepang
Jepang merupakan sebuah negara dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju serta kesehatan masyarakatnya yang tinggi. Sekolah bidan resmi pada  tahun 1912. Regulasi untuk seleksi dan lisensi, pendidikan bidan diartikan oleh Obgyn dalam pertolongan persalinan. Kurikulum yang dipakai tidak ada ilmu psikologis, ilmu biologi dan ilmu sosial sehingga lulusan bidan tidak ramah dan tidak menolong persalinan. Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan pendidikan bidan serta mulai menata dan merubah situasi. Pada tahun 1987 peran bidan kembali dan tahun 1989 berorientasi pada siklus kehidupan wanita mulai dari pubertas sampai klimakterium serta kembali ke persalinan normal.
Saat ini, pendidikan di Jepang dapat dikejar dimanapun melalui pendidikan kebidanan setelah lulus dari sekolah perawat atau perguruan tinggi dua tahun, atau melalui program kebidanan yang ditawarkan oleh perguruan tinggi empat tahun. Semua program kelulusan kebidananmelewati pengujian kebidanan nasional untuk memperoleh lisensi sebgai bidan.
4.      Selandia baru
Selandia Baru telah mempunyai peraturan tentang cara kerja kebidanan sejak tahun 1904, tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup praktek bidan telah berubah secara berati sebagai hasil dari meningkatnya sistem pengobatan atau pertolongan dalam kelahiran.
Model kebidanan yang dipergunakan di Selandia Baru adalah partnership antara bidan dan wanita. Bidan dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya, dan wanita dengan pengetahuan tentang kebutuhan diri dan keluarganya, serta harapan –harapan terhadap kehamilan dan persalinan. Pada awal kehamilan, antara bidan dan wanita harus saling mengenal dan menumbuhkan rasa saling percaya diantara keduanya. Dasar dari model partnership adalah komunikasi dan negosiasi.
Di Selandia Baru, bidan harus dapat membangun hubungan paartnership dengan wanita yang menjadi kliennya, disampin bidan harus mempunyai kemampuan yang profesional.
5.      Inggris
Pendidikan kebidanan di Inggris terdiri dari 2 bagian:
1. Pre-registration three year programmeldirectentry
program ini ditunjukkan bagi mereka yang belum mengeyam pendidikan keperawatan dasar, dengan lama pendidikan selama 3-4 tahun. Program ini sangat diminati oleh banyak wanita muda dan dewasa karena waktu nya pendek serta cukup ekonomis dari segi biaya.
2. Pre-registration eight teen programme
Program ini ditujukan bagi mereka yeng pernah mengeyam pendidikan keperawatan dasar, dengan latarbelakang pendidikan 18 bulan-2 tahun.
Praktek kebidanan di  Inggris diatur oleh sejumlah undang-undang yaitu: Midwife Rules, The Midwife’s Code of Practice dan United Kingdom Central Council (UKCC) for Nursing.
Didalam UKCC ditekankan bahwa yang harus memiliki oleh seorang bidan bukan hanya pendidikan kebidanan tetapi juga kemampuan menghargai latarbelakang wanita (klien) karena hal tersebut dapat mempengaruhi keadaan ibu dan bayi.

A.    Sejarah Perkembangan Kebidanan di Indonesia
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek propesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum ibu dan anak khususnya.
Pada zaman  pemerintah Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun bayi yang tidak terlatih secara medis. Pada tahun 1807 yakni pada zaman pemerintahan Gubernur Jenderal Hendrik William Dendels, para dukun bayi sudah dilatih untuk pertolongan persalinan, akan tetapi hal ini tidak berlanjut karena tidak ada pelatih bidan.
Perkembangan pelayanan kebidanan berkembang pesat dari tahun ke tahun, demikian rupa sehingga sampai pada suatu titik tolak baru sejak adanya konferensi kependudukan dunia di Kairo pada tahun 1994. Pada konferensi itu diputuskan adanya penekanan pada reproduktif health (kesehatan reproduksi) yang oleh karenanya memperluas area garapan pelayanan kebidanan, area tersebut yaitu:
        Safe motherhood termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus
        Family planning
        Penyakit menular seksual, termasuk infeksi saluran alat reproduksi
        Kesehatan reproduksi remaja
        Kesehatan reproduksi orang tua
Pendidikan kebidanan di Indonesia sudah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda atas inisiatif Dr. W Bosh yang waktu itu menjadi kepala bagian kesehatan pemerintahan Belanda. Catatan sejarah menunjukkan bahwa sekolah bidan yang pertama didirikan pada tahun 1852 di Batavia. Sekolah ini ditutup pada tahun 1875 dengan alasan utama adalah karena rendahnya apresiasi wanita bersalin terhadap pertolongan bidan dibandingkan dengan pertolongan seorang dukun bayi. Meskipun alasan penutupan ini masih bisa dipetanyakan lebih jauh lagi, misalnya apakah rendahnya minat ibu-ibu yang bersalin kebidanan itu disebabkan kurang nya pengetahuan dan pemahaman mereka atau mungkin rendahnya mutu pendidikan bidan itu sendiri.
Pendidikan kebidanan untuk para bidan dimulai sejak zaman Hindia Belanda, pada tahun 1851 seorang Dokter militer Belanda yakni Dr. W. Bosh membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia atau Jakarta sekarang
Pada tahun 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di rumah sakit militer Batavia. Pada tahun 1904 pendidikan bidan bagi wanita Indonesia dibuka di Makassar. Lulusan dari pendidikan ini harus bersedia untuk ditempatkan dimana saja tenaganya dibutuhkan dan bersedia untuk menolong masyarakat yang tidak mampu secara Cuma-Cuma.
Antara tahun 1911-1912 dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di CBS (Central Burgelijke Ziekeninrichting) sekarang RSUP Ciptomangunkusumo dan adalah dari HIS (Hollandsche Indiche School) setingkat SD 7 tahun dengan pendidikan keperawatan 4 tahun.
Pada tahun 1935-1938 pemerintah colonial Belanda mulai mendidik bidan lulusan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwinjs) setingkat SLTP bagian B dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan dibeberapa kota besar. Di tahun yang sama dikeluarkan sebuah peraturan yang membedakan lulusan bidan berdasarkan latar belakang pendidikan. Bidan dengan dasar pendidikan MULO dan pendidikan kebidanan selama 3 tahun.
Pada tahun 1905-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17 tahun dan lama pendidikan tiga tahun. Mengingat kebutuhan tenaga untuk menolong persalinan cukup banyak, maka dibuka pendidikan pembantu bidan yang disebut penjenjang kesehatan E atau pembantu bidan. Pendidikan ini dilanjut sampai tahun 1976 dan setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2 tahun kebidanan dasar. Lulusan dari PK/E sebagian besar melanjut pendidikan bidan selama 2 tahun.
Tahun 1953 dibuka kursus tambahan bidan (KTB) di Yogyakarta. Lama kursusnya antara 7 s/d 12 minggu. Pada tahun 1960 KTB dipindahkan ke Jakarta. Tujuan dari KTB ini adalah untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan mengenai perkembangan program KIA dalam pelayanan kesehatan masyarakat, sebelum memulai tugasnya sebagai bidan terutama menjadi bidan di BKIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup (Discontinued).
Pada tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada awalnya pendidikan ini berlangsung satu tahun, kemudian menjadi dua tahun dan terakhir berkembang menjadi tiga tahun. Pada awal tahun 1972 institusi pendidikan ini dilebur menjadi sekolah guru perawat (SGP). Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan bidan.
Tahun 1989 dibuka Crash Program pendidikan bidan secara nasional yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan bidan. Program ini dikenal sebagai program pendidikan bidan A (PPB A). Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya ditempatkan di desa-desa.
            Pada tahun 1993 dibuka program pendidikan bidan pragram B yang peserta didiknya dari lulusan akademi perawat (AKPER) dengan lama pendidikan satu tahun.
Pada tahun 1993 juga dibuka pendidikan bidan program C (PPB C), yang menerima masukan dari lulusan SMP. Pendidikan di 11 provinsi yaitu: Aceh, Bengkulu, Lampung, Riau (Wilayah Sumatera), Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan (Wilayah Kalimantan, Sulawesi Selatan, NTT, Maluku dan Irian Jaya). Pendidikan ini memerlukan kurikulum 3700 jam dan dapat disesuaikan dalam enam semester.
Selain program pendidikan bida di atas, antara tahun 1994-1995 pemerintah juga menyelenggarakan uji coba pendidikan bidan jarak jauh (distance learning) di tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebijakan ini dilaksanakan untuk memperluas cakupan uapaya peningkatan mutu tenaga kesehatan. Pengaturan penyelenggarakan ini telah diatur di dalam SK Menkes No. 1247/Menkes/SK/XII/1994.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar