Rabu, 02 Agustus 2017

TEORI KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN



TEORI DAN MODEL KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN

TEORI YANG MENDASARI PRAKTIK KEBIDANAN
Dalam ilmu kebidanan, banyak teori yang melandasi praktik kebidanan.Dibawah ini merupakan uraian teori kebidanan yang diutarakan oleh empat orang perawat kebidanan dan seorang bidan yang menjadi landasan utama dalam praktik masa kini.Mereka adalah reva rubin, Ramona T. Mercer, Ela-Joy Lehrman, Ernestine Wiendenbach dan Jean Ball.
A.    REVA RUBIN
Reva rubin merupakan perawat kebidanan yang hasil penelitiannya telah digunakan secara luas di Amerika Serikat.
Teori ini menekanka pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas atau latihan atau latihan-latihan kemudian hal-hal yang mempengaruhinya, baik yang bersifat positif maupun negatif.  Proses pelaksanaan peran ibu terjadi saat kehamilan sampai 6 bulan setelah melahirkan.
Dalam proses tersebut terdapat tiga elemen penting dalam proses pelaksanaan peran ibu, yaitu :
1.      Ideal image, sebuah gambaran ideal/ positif mengenai wanita yang berhasil melaksanakan perannya sebagai ibu dengan baik.
2.      Self image, gambaran mengenai dirinya sendiri yang dihasilkan melalui pengalamannya.
3.      Body image, perubahan yanplg terjadi pada tubuh wanita selama proses kehamilan.
Tahap-tahap psikososial yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai perannya:
a.       Anticipatory Stage
Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.
b.      Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.
c.       Plateu Stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada tahap ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri
d.      Disengagement
Merupakan tahap penyelesaian latihan peran sudah berakhir.
            Beberapa tahapan aktifitas penting sebelum menjadi seorang ibu :
1.      Taking On ( tahap meniru )
Seorang wanita dalam pencapaian sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan melakukan peran seorang ibu.
2.      Taking In
Seorang wanita sudah membayangkan peran yang dilakukannya.Introjection, Projektion, dan Rejektion merupakan tahap dimana wanita membedaan model-model yang sesuai dengan keinginannya.
3.   Letting Go
Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah dilakukannya. Pada tahap ini seorang wanita akan meninggalkan perannya di masa lalu.

B.     RAMONA T. MERCER
     
Mercer merupakan salah satu murid Reva Rubin yang telah banyak menghasilkan karya ilmiah. Teori ini lebih menekankan pada efek stress antepartum pada keluarga dan pencapaian peran ibu. Stress antepartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negative dalam hidup seorang wanita. Sedangkan peran ibu dapat dicapai  bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran.
Empat tahapan dalam pelaksanaan peran ibu :
a.       Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, dimana wanita mulai melakukan penyesuaian social dan psikologis dengan mempelajari segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
b.      Formal
Wanita memiliki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran dibutuhkan sesuai dengan kondisi system social.
c.       Informal
Dimana wanita sudah mampu menemukan jalan ynag unik dlam melaksanakan perannya.
d.      Personal
Merupakan peran terakhir, dimana wanita sudah mahir melakukan perannya sebagai ibu.
Wanita dalam pencapaian peran ibu dipengarhi oleh factor-faktor :
a.       Factor ibu
b.      Factor bayi
c.       Factor-faktor lainnya
Dari factor social support, Mercer mengidentifikasikan adanya 4 faktor pendukung:
a.      Emotional Support
Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti
b.      Informational Support
Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri
c.       Pchysical Support
Misalnya dengan membantu merawat bayi dan memberikan tamabahan dana
d.      Appraisal Support
Ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan pencapaian peran ibu


C.     ELA JOY LEHMAN
Toeri ini mengharapkan bidan dapat melihat semua aspek dalam memberikan asuhan pada ibu hamil dan bersalin.
Latar belakang penelitian yang dilakukan oleh lehrman adalah ia melihat semakin luasnya cakupan tugas yang dibebankan kepada bidan, sehingga ia memiliki keinginan agar bidan dapat melihat semua aspek praktik dalam memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan pada persalinan. Lehrman ingin menjelaskan bahwa dalam interaksi antara bidan dan wanita ada perbedaan antara apa yang dialami/ dirasakan wanita dengan kemampuan bidan dalam mengaplikasikan konsep kebidanan.
Terdapat delapan komponen yang termasuk dalam praktik kebidanan, yaitu:
1.      Perawatan berkelanjutan
2.      Perawatan yang terpusat pada keluarga
3.      Pendidikan dan konseling menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perawatan
4.      Perawatan tanpa intervensi
5.      Fleksibilitas dalam perawatan
6.      Perawatan yang bersifat partisipatif
7.      Advokasi pada klien
8.      Waktu
Delapan komponen yang dibuat oleh Lehrman ini kemudian diujicobakan oleh Morten (1991) pada pasien postpartum. Dari hasil penerapan tersebut Morten menambahkan 3 komponen lagi kedalam 8 komponen yang telah dibuat oleh Lehrman, yaitu:
1.      Teknik terapeutik ; Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan penyembuhan. Teknik terapeutik dapat dilakukan dengan menunjukkan sikap, mendengar yang aktif, mengkaji dan mengklasifikasi masalah, humor ( tidak bersikap kaku), tidak menuduh, jujur, mengakui kesalahan, memfasilitasi klien dan menghargai hak klien.
2.      Pemberdayaan ( empowerment) ; Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan. Bidan melalui penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengoreksi, memvalidasi, menilai dan memberi dukungan.
3.      Hubungan sesama ( lateral/relationship) ; Menjalin hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka, sejalan dengan klien sehingga antara bidan dan klien membina hubungan saling percaya yang harmonis

D.    ERNESTINE WIEDENBACH

Ernestine Wiedenbach adalah seorang pemimpin yang dikenal dalam pengembangan teori dan perawatan maternal bayi. Pada tahun 1952 Ernestine ditetapkan menjadi direktur program kelulusan di perawatan kesehatan maternal bayi baru lahir, di Yale University School Of Nursing, yang dimulai pada tahun 1956. Ernestine Wiedenbach mengundurkan diri pada tahun 1966.Ia tidak pernah menikah dan meninggal di umur 97 tahun pada tanggal 8 maret 1998.
Menurut Teori Ernestine Wiedenbach konsep model kebidanan dibagi menjadi 5, yaitu :
1.      The Agents
Empat elemen dalam ”clinical nursing” yaitu: filosofi, tujuan, praktik dan seni. ( Raleigh, 1989 dan Wiedenbach, 1964 ). Selain itu juga dikemukakan tiga poin dasar dalam filosofi keperawatan/kebidanan, yaitu:
a.       Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan
b.      Menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berharga, otonomi dan individualisme pada setiap orang
c.       Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain ( Raleigh, 1989 )
Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua.
2.      The Recipient
Perawat/bidan memberikan intervensi kepada individu disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan masing-masing ( Raleigh, 1989 ). Recipient meliputi wanita, keluarga, dan masyarakat.Perempuan menurut masyarakat oleh masyarakat tertentu tidak mampu memenuhi kebutuhannya.Wiedenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah individu yang berkompeten dan mampu melakukan segalanya sendiri, sehingga bidan/perawat memberi pertolongan hanya apabila individu tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.
3.      The Goal/Purpose
Tujuan dari proses keperawatan adalah membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Konsep Wiedenbach tujuan akhir dari perawatan “ sebuah ukuran atau tindakan yang diperlukan dan diinginkan seseorang dan berpotensi untuk merubah atau memperpanjang kemampuan seseorang tersebut untuk mengatasi keterbatasan “ ( Danko et al., 1989 cite Wiedenbach’s ( 1964 ).
Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum menemukan goal. Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis yang berbeda dari kebutuhan yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis. Untuk bisa mengidentifikasi kebutuhan pasien, bidan/perawat harus menggunakan mata, telinga, tangan, serta pikirannya.
4.      The Means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan Wiedenbach menentukan beberapa tahap yaitu :
a.       Identifikasi kebutuhan klien
b.      Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian pertolongan yang dibutuhkan
c.       Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan bantuan yang dibutuhkan
d.      Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien
Untuk bisa membantu pasien, perawat/bidan harus mempunyai :
1.      Pengetahuan, untuk bisa memahami kebutuhan pasien
2.      Penilaian, kemampuan pengambilan keputusan
3.      Ketrampilan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pasien
5.      Framework
Yaitu kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan sosial, organisasi, dan profesional.

E.     JEAN BALL
Jean ball adalah seorang “midwife” (bidan) dari British yang telah melakukan risetnya secara intensif terhadap kebutuhan wanita pada masa postnatal, dan konsekuensinya bagi wanita yang mendapat asuhan dari berbagai unit pelayanan.
Dalam bukunya “Reaction to motherhood” (1987) ia menjelaskan tujuan asuhan postnatal yang sekaligus juga menjadi filosofi Jean Ball tentang postnatal care sebagai berikut: “membantu seorang wanita agar berhasil menjadi ibu, dan keberhasilan ini tidak hanya melibatkan proses fisiologi saja tapi juga psikologis dan emosional yang memotivasi keinginan untuk menjadi orang tua serta pencapaiannya.”Ia menyatakan bahwa dalam praktik diberbagai institusi, jenis pelayanan yang diberikan mungkin lebih dekat ke model obstetric/medical dimana interest terhadap postnatal care minimal karena kelahiran sudah tercapai. Bila menggunakan pendekatan midwife, maka kehamilan dan postnatal dianggap sebagai saat adopsi terhadap peran baru yaitu menjadi ibu.
Ball mengungkapkan hipotesisnya:
“Respon emosinal terhadap perubahan setelah melahirkan akan dipengaruhi oleh personality / kepribadian dan dukungan yang diterima dari system support/dukungan keluarga dan sosial. Cara asuhan yang diberikan oleh bidan selama postnatal akan mempengaruhi proses emosional wanita terhadap perubahan setelah kelahiran.”Kesejahteraan wanita setelah melahirkan sangat bergantung pada personality atau kepribadian wanita itu sendiri, support system dukungan pribadi dan support yang diberikan oleh pelayanan maternitas. Ball mengemukakan teori kursi goyang/deck chair yang terdiri dari 3 elemen yaitu:
a. Pelayanan maternitas
b. Pandangan masyarakat terhadap keluarga
c. Sisi penyangga atau support terhadap kepribadian keluarga
Ketiga elemen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Dasar kursi dibentuk oleh pelayanan kebidanan yang berpijak pada pandangan masyarakat tentang keluarga.
2.      Topangan kanan kiri adalah kepribadian wanita, pengalaman hidup.
3.      Topangan tengah (yang menyangga kursi dari belakang kanan-kiri ) adalah keluarga dan support system.
4.      Tempat duduk menggambarkan kesejahteraan maternal, yang tergantung pada efektifitas elemen-elemen sebagai berikut.
a.       Jika deck chair tidak ditegakkan dengan benar, maka ia akan kolaps/jatuh saat diduduki.
b.      Jika kursi tidak di letakkan pada lantai yang kuat maka kursi akan jatuh.
c.       Jika bagian-bagiannya tidak cocok satu sama lain mungkin dapat saja menyangga, namun yang menduduki tidak nyaman dan mengalami ketegangan.
Aplikasi dari teori Jean Ball dalam kehidupan sehari-hari :
1.      Dahulu posisi ibu saat melahirkan terlentang tetapi sekarang ini posisi ibu saat melahirkan senyaman ibu. Agar memberikan rasa kenyamanan psikologis bagi Ibu.
2.      Keluarga memberikan dukungan terutama ibu yang pertama kali melahirkan agar siap secara mental menjadi seorang Ibu dan membantu ibu menyesuaikan diri dengan rutinitas baru pasca melahirkan.
3.      Bidan memberikan asuhan pada Ibu selama masa postnatal.
4.      Bidan memberi dukungan mengenai rasa percaya diri ibu terhadap menyusui pada 7 hari pertama.
5.      Bidan memberikan pengertian pada ibu agar ibu jangan takut atau khawatir dengan perubahan fisik pada tubuh ibu.
6.      Bidan mendukung dan membantu ibu agar yakin menjalankan peran sebagai seorang ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar